Rabu, 28 September 2011

DIBALIK KESEDIHAN

Terkadang ku berfikir begitu jangkal mengenai masalah yang saya hadapi, begitu berat ku rasakan hingga aku pernah berfikir untuk mengahiri semuanya. Tapi aku berfikir dua kali karena semua itu tidak akan menyelesaikan masalah yang aku hadapi. Sebuah penghiatan dari seseorang yang aku sendiri sangat mencintainya, bahkan kepercayaan itu melebihi kepercayaanku sama sahabatku sendiri ketika menginggatkanku tentang semuanya. Tapi waktu yang menjelaskan semuanya hingga berakhir dengan kepedihan yang ku rasakan bahkan tak bisa ku lupakan ketika orang tuaku sangat kecewa dengan saya. Begitu pedih,sakit yang kurasakan hingga akupun tak bisa berfikir, hingga ku tak bisa membedakan yang mana baik untukku dan mana yang buruk untukku semuanya sudah kelam bagiku karena hatiku sudah tertutup oleh kabut cinta yang sangat pekat. Cinta yang ku bangun selama 5 tahun sekarang menjadi kenangan yang begitu kelam bahkan mungkin menjadi rintihan dalam hatiku. Hingga hanya tersisa sebuah cincin yang tak bermakna sekarang, cincin yang selalu memberi getir pahit dalam setiap hembus nafasku. Dia pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal bagiku. Tapi dia pergi dengan seseorang wanita yang ia cintai. Hingga hanya sebuah kenangan yang pahit ku rasakan, dan cincin tunangan yang tinggal kenangan.
Setiap hari acapkali ku memikirkan sesuatu yang tak ada. Hinnga aku sendiri lupa dengan mensyukuri yang sudah ada. Jiwa ku mudah terguncang hanya karena penghianatan cinta. Padahal sesungguhnya aku masih memegang kunci kebahagiaan dalam hidupku yaitu kasih sayang seorang kedua orang tua terhadap anaknya. Hingga setiap malam ku renungkan setiap kejadian demi kejadian dalam hidupku. Ku renungkan kebahagiaan kedua orang tuaku dan orang yang ada di sekelilingku. Hingga aku aku merenungkan sebuah ayat.
Mereka mengetahu nikmat allah, kemudian mereka mengingkarinya
                                                                                                QS.An-Nahl:83
Kalimat yang membuat aku bangkit, membuat aku tau makna kehidupan sebenarnya. Begitu kecil musibah yang aku alami hingga aku berjanji pada diriku sendiri. Menginggat dan mengenang masa lalu , kemudian bersedih dengan hal yang sudah terjadi membuat aku sendiri menjadi oarang yang bodoh di depan mata Allah SWT. Hingga suatu hari kata bijak yang di lontarkan kepada dosenku bapak Agus K  pada kuliah perdanaku di universitas swasta yang termuka. Kata yang selalu ku jadikan pedoman dalam hidupku yaitu” berhati hatilah dengan hatimu karena itu yang engkau fikirkan. Berhati – hatilah dengan fikiranmu karena itu yang engkau akan ucapakn. Berhati hatilah dengan ucapanmu karena itu yang akan engkau lakukan. Dan berhati – hatilah dengan kelakuanmu karena itu merupakan kebiasaanmu”kata yang membuka hatiku, kata yang memberi semangat baru dalam hidupku. Hingga kini aku akan berusa untuk berfikir pada hal yang membuat bermanfaat bagiku sendiri atau bagi orang lain.
Ku ukir jemariku dalam cincin penghianatan
Memberi warna kelabu dalam jiwa
Mentorehkan luka dalam setiap hebusan nafas
Yang ku peroleh hanya sebuah angan
Hanya kilatan petir dan kembali kelam
Cintaku hanya bayanggan yang hadir dalam pelupuk mata
Walau cinta itu tak bersahabat dalam hariku
Tapi akn selalu nampak dalam mataku
Tapi hati ini sudah begitu dekat dalam dadaku
Wahai yang bersemayam dalam hatiku
Meskipun tempatmu jauh dari pelupuk
Aku ingin mengatakan aku ingin berhenti dengan cinta yang menyakitkan
Dan memulai untuk memberi warna baru dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar